hotviralnews.web.id Suara sorak penonton menggema di sepanjang Sungai Kuantan, Riau. Ratusan perahu panjang menghiasi permukaan air, sementara ribuan orang bersorak mendukung tim favorit mereka. Namun, di tengah semarak festival budaya ini, ada satu sosok kecil yang mencuri perhatian dunia — Rayyan Arkan Dikha, bocah berusia 11 tahun yang gerakan tariannya di atas perahu viral di media sosial dan menjadi fenomena global.

Tarian khas Rayyan, yang awalnya hanyalah ekspresi spontan kegembiraan, kini menjelma menjadi ikon budaya digital Indonesia. Aksinya di atas perahu panjang bukan hanya menghibur masyarakat setempat, tetapi juga menarik perhatian publik internasional, termasuk pebalap Formula 1 Alex Albon dan pembalap MotoGP Marc Marquez yang ikut menirukan gerakannya dalam video mereka.


Tradisi yang Tumbuh Jadi Magnet Dunia

Festival Pacu Jalur yang digelar di Kabupaten Kuantan Singingi merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Riau sejak abad ke-17. Awalnya, perahu kayu panjang digunakan untuk mengangkut barang di sungai. Namun, seiring waktu, kebiasaan itu berubah menjadi ajang perlombaan rakyat yang sarat semangat kebersamaan.

Setiap perahu atau jalur dikayuh oleh puluhan pendayung yang bergerak serempak diiringi sorak penonton di tepi sungai. Selain itu, suasana di lokasi semakin semarak dengan tenda, payung warna-warni, serta irama musik Melayu yang menambah kemeriahan suasana.

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, mengatakan bahwa popularitas Pacu Jalur meningkat tajam sejak viralnya video Rayyan. “Dulu, hampir tidak ada wisatawan asing yang menonton Pacu Jalur. Sekarang, banyak turis mancanegara datang langsung ke Riau,” ujarnya.

Menurut Roni, dampak ekonomi acara ini luar biasa. Tahun lalu, jumlah penonton mencapai lebih dari satu juta orang dengan nilai ekonomi puluhan miliar rupiah. Tahun ini, jumlahnya diperkirakan naik hingga 1,5 juta penonton dengan kontribusi ekonomi mencapai lebih dari Rp70 miliar.


Dari Sungai Kuantan ke Dunia Maya

Fenomena viral Rayyan bermula ketika seorang penonton merekam tarian uniknya di atas perahu. Dalam waktu singkat, video tersebut menyebar ke berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.

Gaya Rayyan yang enerjik dan ekspresif, berpadu dengan latar suara dayung perahu dan sorakan penonton, membuat siapa pun yang menontonnya merasa ikut terbawa suasana. Tidak butuh waktu lama, ribuan pengguna media sosial dari berbagai negara ikut menirukan tarian tersebut.

“Saya hanya menari karena senang melihat jalur kami menang. Tidak menyangka bakal viral,” ujar Rayyan dalam wawancara singkat. Ungkapannya yang polos justru menambah pesona anak ini di mata publik.

Sementara itu, sejumlah media internasional mulai meliput fenomena ini. Beberapa stasiun televisi dan portal berita luar negeri menyebut Rayyan sebagai the dancing boy of Kuantan River — bocah penari yang menghidupkan semangat tradisi dengan gaya modern.


Turis Asing Datang Langsung ke Riau

Efek viral tersebut membawa dampak luar biasa pada sektor pariwisata daerah. Tahun ini, Pacu Jalur tidak hanya dihadiri masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan dari berbagai negara.

Seorang turis asal Australia, Duncan McNaught, mengaku datang ke Riau setelah melihat video Rayyan di internet. “Saya ingin merekam langsung festival ini dan memperkenalkannya ke dunia,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kekompakan para pendayung membuatnya kagum. “Mereka seperti satu tubuh, bergerak dalam ritme yang sempurna,” katanya.

Di sisi lain, warga dari berbagai daerah di Indonesia juga berbondong-bondong datang. Salah satunya, Yuyun Kurnia dari Medan, rela menempuh perjalanan hampir sehari penuh demi bisa menonton langsung. “Awalnya saya hanya melihat di media sosial, tapi setelah datang ke sini, suasananya luar biasa. Energinya beda,” ucapnya.


Suasana Penuh Warna dan Kebersamaan

Tepian Sungai Kuantan berubah menjadi lautan manusia. Tribun penonton penuh sesak, bahkan banyak warga yang turun langsung ke air untuk mendapatkan posisi terbaik. Warna-warni bendera dan payung menghiasi langit Riau, menciptakan panorama yang indah dan penuh semangat kebersamaan.

Selain itu, pedagang lokal juga kebanjiran rezeki. Lapak-lapak makanan tradisional seperti lemang, rendang, dan dodol Riau ramai diserbu pengunjung. Ekonomi kreatif setempat ikut tumbuh, mulai dari penjual suvenir, pengrajin miniatur perahu jalur, hingga fotografer lokal yang menawarkan jasa dokumentasi.

Pacu Jalur kini bukan hanya lomba perahu, tetapi juga pesta rakyat yang memadukan tradisi, pariwisata, dan kebanggaan daerah.


Dampak Global: Dari Tradisi Lokal ke Tren Dunia

Fenomena tarian Rayyan menjadi bukti bahwa budaya lokal bisa mendunia melalui kekuatan media sosial. Banyak pengguna luar negeri mengaku baru tahu tentang Pacu Jalur setelah video itu viral. Bahkan, beberapa atlet dunia seperti Alex Albon dan Marc Marquez turut menirukan gaya Rayyan di media sosial mereka, menambah sorotan internasional terhadap festival ini.

Pemerintah daerah menilai momentum ini sebagai kesempatan emas untuk memperkenalkan Riau di kancah global. “Kami berharap Pacu Jalur bisa masuk dalam kalender wisata dunia dan menjadi warisan budaya takbenda UNESCO,” kata Roni Rakhmat optimistis.

Dengan demikian, viralnya tarian Rayyan bukan hanya membawa kebanggaan, tetapi juga membuka pintu ekonomi baru bagi masyarakat lokal.


Artikel Penutup

Fenomena Pacu Jalur tahun ini menunjukkan bahwa budaya tradisional masih bisa beradaptasi dengan zaman digital. Melalui kreativitas anak-anak muda seperti Rayyan, tradisi lama menemukan kehidupan baru di dunia modern.

Di tengah derasnya arus globalisasi, perahu panjang yang melaju di Sungai Kuantan kini menjadi simbol semangat dan persatuan. Dari tepian sungai kecil di Riau, gema kebudayaan Indonesia kembali menggema ke seluruh dunia.

Dan siapa sangka, semua itu berawal dari tarian polos seorang bocah 11 tahun yang menari dengan hati — bukan untuk ketenaran, tapi untuk merayakan kemenangan kecil bangsanya sendiri.

Cek Juga Artikel Dari Platform jalanjalan-indonesia.com