hotviralnews.web.id Jagat maya kembali dihebohkan oleh unggahan foto menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai unik dan tak biasa. Dalam potret yang viral, terlihat satu porsi menu berisi kentang rebus, potongan wortel, saus tomat, serta keripik pangsit. Unggahan tersebut langsung menjadi bahan perbincangan publik dan menuai beragam tanggapan dari netizen.

Program MBG sendiri merupakan bagian dari inisiatif pemerintah untuk memberikan makanan bergizi kepada pelajar di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah memastikan anak-anak mendapatkan asupan nutrisi seimbang setiap harinya, khususnya di sekolah dasar. Namun, meskipun niatnya baik, program ini beberapa kali menjadi viral karena menu yang dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.


Menu MBG yang Bikin Heboh

Kali ini, perbincangan hangat berpusat di salah satu sekolah dasar negeri di wilayah Pancoran Mas, Depok. Foto yang tersebar memperlihatkan menu MBG berisi kentang rebus, wortel, dan keripik pangsit yang dianggap minim variasi. Banyak warganet mengomentari tampilan menu tersebut, sebagian menganggapnya tidak menggugah selera, sebagian lain menilai penyajiannya sederhana namun sehat.

Namun demikian, pihak sekolah menegaskan bahwa menu tersebut sudah disusun oleh tim ahli gizi dan mengikuti standar nasional gizi seimbang. Kepala Sekolah UPTD SDN Mampang 1, Iwan Setiawan, memberikan penjelasan bahwa menu MBG tidak ditentukan oleh sekolah secara sepihak, melainkan sudah dirancang oleh Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) yang bertugas memastikan kandungan nutrisi di setiap porsi sesuai kebutuhan anak usia sekolah.

“Kebetulan hari itu sumber karbohidratnya diganti dari nasi menjadi kentang. Ada juga keripik pangsit yang berisi daging cincang dan telur sebagai sumber protein,” ujar Iwan menjelaskan.


Klarifikasi Sekolah dan SPPG

Menurut Iwan, menu yang disediakan setiap hari mengandung karbohidrat, protein, dan sayuran dalam takaran gizi seimbang. Hanya saja, beberapa orang tua murid menilai tampilan makanan kurang menarik dan menganggap porsinya kecil. Padahal, menurut Iwan, menu MBG sudah melalui tahap perencanaan yang melibatkan ahli gizi bersertifikat.

“Yang perlu dipahami, program MBG bukan soal selera, tapi soal standar gizi. Semua menu disusun berdasarkan perhitungan ahli,” ujarnya.

Selain itu, pihak sekolah juga mengonfirmasi bahwa tim SPPG langsung datang ke lokasi untuk memberikan penjelasan dan klarifikasi kepada para orang tua. Mereka menyampaikan bahwa variasi menu dilakukan agar anak tidak bosan dan tetap mendapatkan asupan nutrisi lengkap setiap harinya.

Sementara itu, untuk menjaga komunikasi, pihak sekolah meminta agar dapur SPPG memberikan daftar menu harian kepada orang tua. Langkah ini diambil agar tidak terjadi salah paham di kemudian hari dan masyarakat bisa mengetahui kandungan nutrisi dari setiap menu yang disajikan.


Respons Orang Tua dan Warganet

Menu MBG yang viral memunculkan beragam reaksi. Banyak warganet menganggap tampilan makanan yang sederhana bukan masalah besar selama gizinya mencukupi. Namun ada juga yang menyoroti pentingnya aspek estetika dan selera anak-anak dalam menentukan keberhasilan program makan bergizi.

Beberapa orang tua siswa pun menyampaikan pendapat mereka. Ada yang mengapresiasi niat pemerintah menyediakan makanan bergizi, tetapi berharap variasi menunya lebih menarik dan disesuaikan dengan selera anak sekolah dasar.

“Anak-anak kadang bosan kalau tampilannya monoton. Mungkin bisa ditambah lauk lain atau sayuran yang lebih berwarna,” ujar salah satu orang tua murid.

Di sisi lain, beberapa komentar netizen menilai bahwa masyarakat seharusnya memberi dukungan positif terhadap program ini, karena tujuannya jelas untuk kesehatan anak. Mereka menekankan pentingnya menghargai proses dan memberi waktu agar pelaksanaannya semakin baik.


MBG Pernah Viral Sebelumnya

Fenomena viral ini bukan pertama kalinya. Sebelumnya, menu MBG di beberapa daerah juga sempat menjadi perbincangan hangat. Mulai dari burger mini dan spageti hingga semangka iris tipis yang dianggap terlalu sederhana, semua pernah menghiasi linimasa media sosial.

Namun, oleh karena itu, pihak penyelenggara terus melakukan evaluasi. Mereka menyesuaikan porsi, bahan, dan teknik penyajian agar lebih sesuai dengan kebutuhan gizi sekaligus minat anak-anak.

“Yang terpenting adalah memastikan anak-anak mendapatkan asupan bergizi dan higienis. Kalau tampilannya bisa dibuat lebih menarik, tentu lebih baik,” ungkap salah satu pejabat Dinas Pendidikan yang ikut mengawasi program MBG di Depok.


Menu Bergizi, Tantangan Sosial Media

Program MBG sejatinya lahir dari semangat memperkuat gizi anak bangsa. Namun di era digital seperti sekarang, setiap detail pelaksanaannya mudah menjadi bahan viral. Apa pun yang dianggap tidak sesuai ekspektasi publik dapat dengan cepat menyebar dan menimbulkan persepsi negatif.

Dengan demikian, pemerintah daerah bersama pihak sekolah kini berfokus tidak hanya pada gizi, tetapi juga pada strategi komunikasi publik. Diharapkan, masyarakat bisa lebih memahami konteks program dan tidak menilai hanya dari tampilan foto yang tersebar di media sosial.

Selain itu, pemerintah juga membuka ruang partisipasi bagi masyarakat untuk memberi masukan. Kritik dan saran dari orang tua murid akan dijadikan bahan evaluasi agar program ini terus berkembang dan benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi generasi muda.


Penutup

Kasus viral menu MBG di Depok menjadi pelajaran penting bahwa niat baik harus diiringi komunikasi yang jelas dan transparan. Program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar soal rasa, melainkan tentang memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas melalui asupan gizi seimbang.

Meski sempat menuai pro-kontra, publik tetap berharap program ini terus berlanjut dengan penyempurnaan di berbagai aspek, baik dari segi menu, penyajian, maupun pendekatan terhadap masyarakat.

Pada akhirnya, viralnya menu MBG justru membuka ruang dialog yang sehat antara masyarakat dan pemerintah — agar setiap piring makan anak Indonesia bukan hanya mengenyangkan, tapi juga menyehatkan.

Cek Juga Artikel Dari Platform dapurkuliner.com