hotviralnews.web.id Kasus penemuan dua kerangka manusia di sebuah gedung kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, akhirnya menemukan titik terang. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium dan uji DNA, tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri memastikan bahwa kedua kerangka tersebut adalah M. Farhan Hamid dan Reno Syahputeradewo — dua orang yang dilaporkan hilang saat kerusuhan besar di ibu kota beberapa waktu lalu.

Penemuan ini sekaligus mengakhiri spekulasi panjang masyarakat tentang siapa sebenarnya korban di balik temuan tersebut. Hasil uji forensik menunjukkan kesesuaian genetik yang akurat antara DNA kerangka dan keluarga kedua korban. Pihak kepolisian menegaskan proses identifikasi dilakukan dengan sangat hati-hati, menggunakan teknologi DNA terbaru untuk memastikan tidak ada kesalahan.


Proses Identifikasi dan Peran Tim DVI Polri

Tim DVI Mabes Polri menjadi garda terdepan dalam mengungkap identitas kedua korban. Mereka melakukan serangkaian pemeriksaan ilmiah mulai dari analisis tulang, gigi, hingga pencocokan DNA yang diambil dari anggota keluarga terdekat. Proses ini membutuhkan waktu karena kondisi kerangka sudah mengalami degradasi akibat panas dan paparan lingkungan pascakebakaran gedung.

Pemeriksaan DNA dilakukan di laboratorium forensik Polri yang memiliki standar internasional. Dari hasil uji tersebut, ditemukan kecocokan tinggi yang mengonfirmasi identitas korban secara ilmiah. Setelah hasilnya keluar, kepolisian langsung menghubungi pihak keluarga untuk menyampaikan kabar tersebut secara resmi dan mendampingi proses serah terima jenazah.

Menurut pihak Polri, metode DVI ini merupakan prosedur baku internasional yang biasa digunakan dalam kasus bencana, kecelakaan massal, atau peristiwa dengan korban sulit diidentifikasi. Tujuannya agar setiap korban mendapatkan kepastian identitas dan haknya untuk dimakamkan secara layak.


Kronologi Singkat Penemuan Kerangka di Kwitang

Kasus ini bermula ketika petugas menemukan dua kerangka manusia di reruntuhan Gedung ACC di kawasan Kwitang. Gedung tersebut sebelumnya mengalami kebakaran hebat saat terjadi kerusuhan di Jakarta. Saat proses pembersihan puing, tim keamanan menemukan bagian tulang manusia yang tertimbun di lantai dasar.

Penemuan itu langsung dilaporkan ke kepolisian. Tim forensik kemudian datang ke lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dari hasil awal, diduga kuat kedua kerangka tersebut adalah korban kebakaran yang tertinggal di dalam gedung ketika insiden terjadi. Namun karena kondisi tubuh yang tidak bisa dikenali, proses identifikasi memerlukan waktu lebih panjang dan harus melalui uji DNA.

Saksi mata di sekitar lokasi juga sempat memberikan keterangan bahwa dua orang hilang pada hari kejadian. Hal itu menjadi petunjuk penting bagi polisi untuk menelusuri kemungkinan hubungan antara laporan orang hilang dengan temuan di lokasi kebakaran.


Keterangan dari Kepolisian dan Kondisi Korban

Kepolisian mengonfirmasi bahwa kedua korban diduga terjebak di dalam gedung saat insiden berlangsung. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri karena kobaran api menyebar sangat cepat. Berdasarkan hasil forensik, kedua kerangka ditemukan berdekatan, menunjukkan bahwa mereka kemungkinan besar berada di area yang sama saat kejadian.

Petugas juga menemukan sejumlah barang pribadi di sekitar lokasi, seperti serpihan logam dari perhiasan dan sisa pakaian yang kemudian dikonfirmasi oleh keluarga korban. Semua temuan tersebut memperkuat hasil identifikasi forensik.

Setelah identitas dipastikan, jenazah kedua korban diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Polisi juga memberikan pendampingan psikologis bagi keluarga karena proses pencarian yang panjang dan penuh ketidakpastian akhirnya berakhir dengan kabar duka.


Duka Keluarga dan Respons Publik

Kabar teridentifikasinya dua kerangka manusia di Kwitang mendapat respons luas dari masyarakat. Banyak pihak menyampaikan belasungkawa dan berharap keluarga korban diberi kekuatan. Di media sosial, nama kedua korban menjadi sorotan karena sebelumnya sempat masuk dalam daftar pencarian orang hilang.

Keluarga M. Farhan Hamid dan Reno Syahputeradewo menyampaikan rasa terima kasih kepada tim DVI dan kepolisian atas kerja keras mereka. Meski berat menerima kenyataan, keluarga mengaku lega karena akhirnya mendapatkan kepastian mengenai keberadaan orang yang mereka cintai. “Kami hanya ingin mereka dimakamkan dengan tenang,” ujar salah satu anggota keluarga dalam pernyataannya.

Publik juga memberikan apresiasi terhadap kinerja Polri yang dinilai cepat dan transparan dalam menangani kasus ini. Banyak yang menilai bahwa kehadiran teknologi DNA menjadi faktor penting dalam mengungkap misteri yang sulit dipecahkan secara konvensional.


Analisis dan Langkah Lanjutan Polisi

Polisi masih menyelidiki lebih dalam apakah ada unsur kelalaian atau faktor lain yang menyebabkan korban tidak dapat menyelamatkan diri saat kebakaran terjadi. Beberapa saksi tambahan akan dipanggil untuk memperkuat kronologi dan memastikan penyebab pasti dari insiden tersebut.

Penyidik juga bekerja sama dengan tim ahli kebakaran dan arsitek forensik untuk mengetahui apakah sistem keselamatan di gedung berfungsi dengan baik pada hari kejadian. Pemeriksaan ini penting untuk mencegah tragedi serupa di masa depan, terutama di bangunan bertingkat yang padat aktivitas.

Kepolisian menegaskan bahwa kasus ini bukan hanya soal identifikasi korban, tetapi juga tanggung jawab hukum dan keselamatan publik. Jika ditemukan adanya unsur kelalaian, pihak terkait dapat dimintai pertanggungjawaban sesuai ketentuan undang-undang.


Penutup: Kepastian di Tengah Duka

Kasus penemuan kerangka di Gedung Kwitang kini telah mencapai titik akhir dalam hal identifikasi. Dua keluarga akhirnya mendapatkan kepastian setelah berbulan-bulan menunggu. Meski menyakitkan, hasil ini memberikan kejelasan dan memungkinkan proses pemakaman dilakukan dengan layak.

Kepolisian memastikan akan terus mengusut penyebab peristiwa kebakaran tersebut agar menjadi pelajaran penting bagi pengelola gedung dan masyarakat luas. Tragedi ini diharapkan menjadi pengingat bahwa keselamatan publik harus selalu menjadi prioritas, dan setiap kejadian memilukan harus disikapi dengan langkah preventif yang lebih kuat di masa mendatang.

Cek Juga Artikel Dari Platform 1reservoir.com