hotviralnews.web.id Kerajinan karawo telah lama menjadi identitas budaya Gorontalo yang tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga menyimpan cerita tentang ketekunan, kesabaran, dan keterampilan tinggi para perajinnya. Di tengah meningkatnya permintaan pasar, termasuk dari luar daerah dan luar negeri, karawo justru menghadapi tantangan serius dari sisi keberlanjutan sumber daya manusia dan kesejahteraan perajin.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Gorontalo, Nani Ismail Mokodongan, menilai bahwa kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut. Ia menegaskan perlunya langkah konkret untuk memastikan karawo tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman.
Regenerasi Perajin Jadi Isu Mendesak
Salah satu persoalan utama yang disoroti adalah minimnya regenerasi perajin karawo. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, mayoritas perajin masih didominasi oleh perempuan berusia lanjut. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran tentang siapa yang akan melanjutkan tradisi karawo di masa depan.
Menurut Nani, tanpa upaya serius untuk menarik minat generasi muda, karawo berpotensi kehilangan pelaku utamanya. Padahal, keterampilan membuat karawo tidak dapat dipelajari secara instan dan membutuhkan proses panjang.
Regenerasi bukan sekadar soal usia, tetapi juga tentang transfer pengetahuan dan nilai budaya. Jika generasi muda tidak dilibatkan sejak sekarang, maka keberlanjutan karawo akan berada dalam posisi rentan.
Ketimpangan Harga yang Menggerus Semangat Perajin
Selain persoalan regenerasi, isu lain yang tidak kalah penting adalah ketimpangan harga yang diterima perajin. Proses pembuatan karawo dikenal sangat rumit dan membutuhkan ketelitian tinggi. Dalam satu produk, perajin bisa menghabiskan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk menyelesaikannya secara manual.
Namun, jerih payah tersebut kerap tidak sebanding dengan upah yang diterima. Banyak perajin hanya memperoleh bayaran yang relatif rendah, sementara produk karawo yang sama dijual dengan harga jauh lebih tinggi di pasar kota atau galeri.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan mendalam. Ketika perajin merasa tidak dihargai secara layak, motivasi untuk terus berkarya akan menurun, dan regenerasi pun semakin sulit diwujudkan.
Pentingnya Sistem Pemasaran yang Lebih Adil
Nani menekankan bahwa pembenahan sistem pemasaran karawo menjadi kunci untuk mengatasi ketimpangan tersebut. Ia mengajak seluruh pihak yang terlibat dalam rantai distribusi, mulai dari pelaku usaha hingga pengelola galeri, untuk lebih berpihak pada kesejahteraan perajin.
Menurutnya, keuntungan tidak seharusnya hanya terkonsentrasi di hilir, sementara perajin di hulu justru menerima bagian paling kecil. Sistem yang lebih transparan dan adil diyakini mampu menciptakan ekosistem kerajinan yang sehat dan berkelanjutan.
Keadilan harga juga menjadi faktor penting untuk menarik minat generasi muda. Tanpa jaminan kesejahteraan yang layak, sulit mengharapkan anak muda menjadikan karawo sebagai pilihan profesi.
Rakerda sebagai Ruang Konsolidasi Program
Dalam konteks tersebut, Rapat Kerja Daerah Dekranasda menjadi forum strategis untuk menyelaraskan langkah. Rakerda diharapkan mampu mempertemukan gagasan dan program antara Dekranasda tingkat provinsi dan kabupaten/kota agar pembinaan perajin berjalan searah.
Sinkronisasi program dinilai penting agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan. Dengan perencanaan yang terintegrasi, pembinaan perajin dapat dilakukan secara lebih efektif, mulai dari peningkatan keterampilan, kualitas produk, hingga penguatan akses pasar.
Meningkatkan Daya Saing Tanpa Menghilangkan Jati Diri
Upaya meningkatkan daya saing produk karawo tidak berarti harus meninggalkan nilai tradisionalnya. Justru, kekuatan utama karawo terletak pada keunikan teknik dan motif yang tidak dimiliki daerah lain.
Melalui pembinaan yang tepat, karawo dapat beradaptasi dengan selera pasar modern tanpa kehilangan identitas budaya. Inovasi desain, pengemasan yang lebih menarik, serta pemanfaatan teknologi pemasaran digital dapat menjadi jalan tengah antara tradisi dan modernitas.
Karawo sebagai Pilar Ekonomi Kreatif Daerah
Kerajinan karawo memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi kreatif daerah. Jika dikelola dengan baik, sektor ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Namun, potensi tersebut hanya dapat terwujud jika perajin ditempatkan sebagai aktor utama, bukan sekadar pelengkap dalam rantai industri. Perlindungan terhadap perajin, baik dari sisi harga maupun keberlanjutan keterampilan, menjadi prasyarat utama.
Peran Semua Pihak dalam Pelestarian Karawo
Keberlanjutan karawo bukan hanya tanggung jawab perajin atau Dekranasda semata. Dukungan pemerintah daerah, pelaku usaha, komunitas kreatif, hingga masyarakat luas sangat dibutuhkan.
Kolaborasi lintas sektor diharapkan mampu menciptakan ekosistem yang mendukung regenerasi, keadilan ekonomi, dan inovasi. Dengan demikian, karawo tidak hanya bertahan sebagai simbol budaya, tetapi juga tumbuh sebagai produk unggulan yang membanggakan.
Penutup: Menjaga Warisan, Menjamin Masa Depan
Dorongan Ketua Dekranasda Gorontalo tentang regenerasi dan keadilan bagi perajin karawo menjadi pengingat penting bahwa pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan. Karawo tidak boleh berhenti sebagai warisan masa lalu, tetapi harus diberi ruang untuk hidup di masa depan.
Melalui pembenahan sistem, sinergi program, dan keberpihakan pada perajin, karawo berpeluang besar tetap menjadi identitas Gorontalo yang kuat dan relevan. Upaya ini bukan hanya menjaga kain bersulam indah, tetapi juga merawat manusia dan nilai di balik setiap helai karawo.

Cek Juga Artikel Dari Platform ngobrol.online
