hotviralnews.web.id Nama Gun Retno sudah lama dikenal publik sebagai salah satu wajah perjuangan lingkungan di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Ia merupakan aktivis dari komunitas Masyarakat Adat Sedulur Sikep, kelompok yang menjaga tradisi leluhur dan mempertahankan kelestarian tanah yang mereka pijak. Kini, ia kembali menjadi sorotan setelah menerima panggilan pemeriksaan dari kepolisian.
Informasi panggilan itu disampaikan oleh anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka. Dalam penjelasannya, ia mengaku prihatin sekaligus mempertanyakan alasan pemanggilan yang disebut berkaitan dengan dugaan menghalangi kegiatan tambang. Bagi banyak orang yang mengikuti kasus Kendeng, panggilan itu dianggap sebagai ujian baru bagi para pejuang lingkungan yang konsisten menolak eksploitasi sumber daya alam.
Penjaga Bumi yang Menolak Menyerah
Gun Retno dan komunitasnya telah berulang kali menyuarakan kekhawatiran mengenai dampak tambang terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Bagi Sedulur Sikep, tanah bukan hanya sumber penghidupan tetapi bagian dari identitas dan spiritualitas.
Mereka percaya bahwa alam harus dijaga, bukan dieksploitasi tanpa batas. Pegunungan Kendeng yang menjadi ruang hidup mereka terancam oleh aktivitas industri yang dikhawatirkan akan merusak ketersediaan air, tanah pangan, hingga keseimbangan ekosistem.
Panggilan pemeriksaan ini dipandang banyak pihak sebagai bentuk tekanan yang justru bisa semakin melukai keadilan ekologis yang sedang diperjuangkan.
Politik, Industri, dan Ruang Hidup
Isu pertambangan di Kendeng bukan persoalan baru. Pro-kontra sudah berlangsung bertahun-tahun dan sering kali melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah daerah, perusahaan industri, hingga warga lokal yang menolak tambang.
Di satu sisi, ada narasi pembangunan dan ekonomi yang selalu dijadikan alasan. Di sisi lain, ada suara yang menegaskan bahwa pembangunan tidak boleh merusak kehidupan masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam yang dilindungi.
Gun Retno selama ini menjadi salah satu tokoh yang lantang menunjukkan bahwa tanah bukan sekadar aset bisnis. Bentang alam Kendeng adalah ibu yang memberi makan, mencukupi air, dan menjaga kehidupan generasi ke generasi.
Solidaritas untuk Pejuang Kendeng
Panggilan polisi yang diterimanya memicu gelombang dukungan dari aktivis lingkungan di berbagai daerah. Banyak yang menganggap bahwa kriminalisasi pejuang lingkungan masih sering terjadi di Indonesia ketika masyarakat mempertanyakan proyek industri yang didukung modal besar.
Tidak sedikit yang menyuarakan keprihatinan melalui ruang digital, menyerukan bahwa keberanian warga tidak boleh dibungkam hanya karena mempertahankan hak hidup atas tanah sendiri. Bagi publik yang mengikuti isu ini, Gun Retno bukan hanya aktivis — ia simbol keberanian.
Ia juga seorang ibu yang memikul tanggung jawab besar menjaga masa depan kampungnya.
Bukan Upaya Menghalangi, Melainkan Menyelamatkan
Masyarakat Sedulur Sikep selama ini menilai aktivitas tambang dapat memutus sumber air bersih yang menghidupi sawah dan ladang. Mereka yakin bahwa jika tambang terus beroperasi, kerusakan ekologis tidak bisa dihindari dan justru akan menciptakan kemiskinan baru di masa depan.
Apa yang mereka lakukan bukan semata protes, melainkan bentuk peringatan agar wilayah itu tidak kehilangan jati diri. Jika air hilang, hilanglah kehidupan. Perjuangan ini adalah tentang keberlanjutan, tentang hak generasi mendatang untuk tetap memiliki ruang hidup yang layak.
Harapan akan perlindungan hukum
Panggilan polisi ini justru memunculkan pertanyaan penting:
Apakah pejuang lingkungan sudah cukup terlindungi secara hukum di negeri sendiri?
Banyak yang berharap proses hukum dapat berjalan transparan dan tidak menjadi alat untuk melemahkan perjuangan masyarakat yang ingin mempertahankan ekosistem. Wakil rakyat, akademisi, hingga organisasi lingkungan berharap agar suara-suara kecil ini tetap diberikan ruang dalam demokrasi.
Rieke pun menegaskan bahwa ia akan terus mengawal isu ini, memastikan hak advokasi masyarakat adat tidak diabaikan. Perjuangan menjaga lingkungan bukan tindakan kriminal — justru merupakan kontribusi nyata menyelamatkan masa depan bangsa.
Pelajaran dari Kendeng
Kasus Kendeng sudah menjadi cermin: pembangunan harus mempertimbangkan keberlanjutan dan kesejahteraan bumi. Jika alam diperas tanpa kendali, bencana ekologis bisa menjadi konsekuensi yang mahal untuk dibayar.
Gun Retno kini melangkah menghadapi pemeriksaan dengan kepala tegak. Ia membawa suara ratusan warga yang selama ini merasa diabaikan. Bukan popularitas yang dikejar para aktivis Kendeng, tetapi hak untuk dapat terus hidup selaras dengan alam.

Cek Juga Artikel Dari Platform bengkelpintar.org
